Sunday, 22 January 2017

Dilamar? (Persiapan Pernikahan Part 1)

Lucunya, jodoh itu memang ga lari ke mana. Dan lebih lucunya lagi, saya ga pernah dilamar ala ala will you marry me yang kayak cerita orang-orang. Yups, kalau dari judul posting-an ini kamu mengharapkan cerita lamaran romantis saya kayak gimana, lupain aja ga usah dibaca karena sejujurnya, saya sama pacar saya ga romantis dan (sayangnya) ga pakai acara lamaran berdua untuk akhirnya memutuskan nikah (bukan lamaran yang di depan keluarga besar loh ya).
Jadi, di tengah ngobrol santai nih, kami mengingat udah mepet ngejar waktu kuliah di luar Indonesia pada saat itu, dan kami mikir-mikir kapan ya enaknya nikahan. We ended up without many options karena ada jadwal kuliah yang walau sangat kompleks pada kala itu, tetap saja (mau gamau) harus dipertimbangkan.

Hmm.. Apparently, right after our santai-santai conversation, he told the plan to his mother. Oh no! Secepat itu pula lah gayung bersambut dan kami diajak survey langsung besoknya ke (calon) venue nikahan. Besoknya gaes. Besoknya. What?!#$%^ Haha!
Singkat cerita, sebetulnya pada saat panik itu, saya bingung mau nyiapin apa. Tapi, supaya yang baca ga ikutan bingung, di sini saya mau share, apa aja sih persiapan teknis awalan yang perlu dilakukan kalau sudah (beneran) mau nikah.

1. Perhitungan kasar undangan
Menurut saya, ini yang paling pertama perlu diketahui. Kenapa perhitungan kasar undangan diperlukan? Karena berdasarkan pengalaman, jumlah undangan pasti akan bertambah seiring berjalannya waktu nyiapain, dan juga pasti budget nya juga menggelembung yang kalau ga dibatasin, jumlah-jumlah itu akan terus nambah sampai batas yang tidak dapat ditentukan.
Bagi yang punya budget tidak terbatas, enak sih, jadi ga usah dipikir berapa orang yang akan diundang. Lain hal bagi yang punya budget tertentu, dari perhitungan kasar itu lah kita berangkat untuk menentukan berapa orang yang akan diundang, acaranya di mana, model penyelenggaraannya seperti apa, dan seterusnya.

2. Venue
Kebanyakan, acara utama perayaan upacara pernikahan ada 2. Akad dan Resepsi. Untuk acara akad sendiri banyak yang lebih suka menyelenggarakan di rumah karena alasan kesakralannya, kehangatannya karena banyak keluarga dateng, dan juga ada orang tua yang pengen rumahnya ramai aja dan menjadi saksi pernikahan anaknya. Banyak pula yang ingin di Masjid karena menikah adalah ibadah, dan juga supaya lebih banyak malaikat yang hadir dan mengamini doa pada saat ijab qabul. Semua diserahkan kepada pertimbangan masing-masing.

Lalu untuk resepsi, pertimbangan memilih tempat juga macam-macam. But once you decided to celebrate it in any gedung di Jekardah Ibu Kota Indonesia Tercinta, siap-siaplah. Tidak dapat dipungkiri, jaman sekarang nikah tidak ditentukan oleh tanggal baik. Yang ada hanyalah tanggal available gedung. Dalam case kami, kami ga punya banyak pilihan waktu, jadi lah semua persiapan nikah dilakukan jauh-jauh hari sebelum hari H. Setahun. Well, tidak lain dan tidak bukan karena persaingan cari tanggal gedung di Jakarta sengit gaes. Percayalah.

3. MUA / Sanggar rias
Setelah dapat tanggal acara, hal yang penting lainnya adalah MUA atau sanggar rias. Memang prioritas masing-masing calon pengantin beda-beda sih, tapi mertua saya (dulu calon mertua) dan saya punya pendapat sama yaitu baju dan make up harus diamankan karena itu yang penting. Tangan mereka lah yang akan menyulap dua orang biasa jadi si raja dan ratu sehari. Hal ini bertambah penting lagi apabila kamu nikah di waktu-waktu puncak / peak season. Haha, serius, nikah juga ada peak season nya, biasanya bulan syawal dan rajab sih. Gatau ada peak yang lain atau ngga.

Nambah penting lagi lagi lagi kalau si calon pengantinya banyak mau dan pengen dirias sama MUA / Sanggar-sanggar tertentu. Hihi. Maklum, saya kan menggunakan jilbab, di hari istimewa itu, saya pengen pake paes tapi ga bikin malu keliatan auratnya, semua tertutup yang rapi dan tidak terlihat maksa, dan tetap cantik. Nah loh. Pusing kan. Saya waktu itu paling galau sama vendor ini. Sehingga, menurut saya, setelah gedung dan tanggal pernikahan, MUA/sanggar favorit yang harus diamankan.

4. Penghulu
Hal ini berlaku apabila kamu menikah pada peak season. Jangan lupa book tanggal penghulu supaya ga kelupaan. Serius, ada cerita teman saya hampir lupa daftar penghulu karena sudah repot ini dan itu. Akhirnya dia mepet daftarnya, but alhamdulilah-nya, penghulu available di tanggal dan jam yang diinginkan karena tidak dalam masa peak season. Coba bayangkan kalau penghulu-penghulu lagi penuh “order-an”, pusing juga kan?
Sehingga, walau terkesan sepele, tapi ini merupakan hal yang utama sebetulnya, yaitu penghulu yang mau nikahin si calon pengantin, dan jangan lupa berkas-berkas yang dibutuhkan. Apalagi bagi kamu yang menikah bukan di tempat domisili. Harus mengurus izin numpang nikah.

5. Catering
Sepakat sekali kalau komponen ini yang sangat penting dalam sebuah acara di mana kita mengundang orang banyak. Ada juga catering yang bisa menyediakan sekaligus dekorasi, foto, sanggar rias, bahkan tim wedding organizer. Sehingga kalau begitu, point ke tiga yang saya sebut di atas jadi gugur dan digantikan point catering ini.

Dalam kasus kami, catering malah dipilih belakangan, bukan karena apa-apa melainkan karena mau yang enak dan terbaik, tapi juga galau dengan performance dari kandidat-kandidat vendor catering. Kami juga masih menimbang-nimbang memilih paket catering, paket pernikahan yang ditawarkan gedung, atau pisah-pisah vendor pilihan sendiri. Saya juga mau cerita tentang pengalam saya bingung dan khawatir memlilh model penyelenggaraan seperti apa pada cerita berikutnya ya..

Panjang juga jadinya. Hehe dilanjut bahas satu per satu di hari-hari berikutnya ya..


Dilamar

Dikasih seserahan

No comments:

Post a Comment